Rabu, 23 November 2016

TARI GEBYAR BATIK

 

TARI GEBYAR BATIK 
 
Latar Putih, Latar Ireng, Kawung, dan Parang adalah ciri khas batik Jogjakarta. Keempatnya dimunculkan untuk membalut tubuh penari Gebyar Batik karya Paranditya Wintarni, cucu Bagong Kussudiardja, dari sulungnya Ida Manutranggana. Memunculkan batik ciri khas Jogja adalah masukan dari Sultan HB X, saat pentas pamitan di Kepatihan menjelang keberangkatan ke Rusia bersama Dinas Kebudayaan. Tarian ini kebetulan ‘lahirnya’ berdekatan dengan pengakuan UNESCO atas batik Indonesia.
Berawal dari buku pemberian Pakdenya (Sutopo Tejo Baskoro), yang berisi tentang berbagai macam motif batik, tarian ini tercipta. Andit, nama kecil Paranditya Wintarni terpikat salah satu motif yaitu gurdha (garuda). Jadilah rangkaian gerak tari yang belum bernama. Tidak menherahkan kalau di dalam tarian ini banyak motif gerak lengkung, itu semua terinspirasi motiif batik tersebut.
Saat tarian mau dipentaskan, ternyata persediaan kain yang mencukupi, dan banyak tersedia adalah kain (jarik) corak Sidoasih. Akhirnya kain sido asih pun membelit tubuh penari sebagai kostum, dan jadilah tarian ini dinamakan tari Pamer Sidoasih.
Saat tarian ini akan dibawa ke Rusia, terjadi perombakan yang lumayan, yang pasti musiknya digarap ulang, bahkan penata musiknya ganti. Tariannya menjelam menjadi tari Gebyar Batik, dengan kostum desain tetap hanya corak kain yang berbeda, yakni memunculkan berbagai corak batik khas Jogjakarta. Saat pamitan di hadapan Gubernur, Sultan HB X yang memang paham tarian dan batik, memberi masukan kepada penata tari, tentang kain batik supaya memunculkan kawung, dan pada pemakaian kainnya agar sedikit dibenahi atau diubah.

Saat pentas di Rusia kostumnya tambah corak kawung
Dengan kain batik beraneka corak, plus musik besutan baru, Gebyar Batik semakin memikat. Andit mengeksplorasi kain batik menjadi berbagai bentuk. Seredan (kain yang disisakan di samping badan) dibuat panjang sekali, dan bisa dimain-mainkan ke sana-kemari, dan dibuat beraneka desain gerak. Memainkan seredan yang super panjang ini, nampaknya menginspirasi penari dan penata tari lain. Hingga ketika hal itu muncul di garapan lain, orang yang tahu Gebyar Batik, akan langsung mengingat Tari Gebyar Batik.
Setelah bermetamorfosa menjadi Gebyar Batik, tarian ini sudah dibawa ke Rusia, Suriname, Beijing, Timor Leste, juga dipentaskan pada acara opening ceremony Kridaya (thn 2009), opening ceremony World Batik 2010.
Saat melawat ke di mancanegara, semua penari harus bisa mengiringi tarian juga, harus bisa menabuh gamelan. Jadi ada saat mereka menari diiringi teman, dan ada saat mereka mengiringi teman yang menari. Selain itu, tentu harus mau ikut ‘usung-usung’ barang bawaan, selain harus terampil merias diri pula.
Inilah foto-foto tari Gebyar Batik karya Paranditya Wintarni

Pucak acara Hari Kesatuan Gerak PKK Wonosobo yang diikuti seluruh perwakilan TP PKK termasuk camat, kades, kalur dan SKPD pada Rabu(6/5) di Sasana Adipura Kencana dimeriahkan dengan berbagai penampilan tari termasuk Gebyar Batik dan Nusantara Indah. Tari Gebyar Batik merupakan karya Paranditya Wintarni, cucu Bagong Kussudiardja yang menjadi kebanggaan Sultan HB X dan pernah ditampilkan di Rusia pada 2012 lalu.
Dua orang penari dengan lincahnya memainkan kain batik yang bermotif sama yakni bunga carica namun dengan dua warna yang berbeda. Meskipun gerakannya terlihat energic, namun keanggunan dan kelembutan tetap tercermin dalam beberapa pose saat menggerakkan kain yang dibentangkandi depan penonton.
Sementara tari Nusantara Indah menjadi penampilan yang cukup special bagi para tamu undangan karena dibawakan oleh para Istri Camat sebagai bentuk apreasiasi dan penghargaan khusus bagi Ketua TP PKK Wonosobo Aina Liza yang di tahun ini merupakan tahun terakhirnya menjabat.
“Selain tari Gebyar Batik dan Nusantara indah, ada pula tari Angruwat yang pernah dipentaskan secara masal di peringatan Hardiknas 2 Mei lalu. Nusantara indah dipentaskan sebagai penampilan special dari para ibu-ibu Camat,” tutur Retno Eko selaku sekretaris PKK Kabupaten yang juga panitia acara.
Pada perhelatan tersebut, sekaligus menjadi momen penting bagi tim penggerak PKK baik di tingkat desa, kecamatan dan juga kabupaten mengingat di hari itu menjadi hari bertemunya para pengurus sekaligus momentum untuk bertemu muka bersama Ketua TP PKK Wonosobo Aina Liza yang akan demisioner di akhir tahun 2015.
Selain menjadi refleksi kinerja selama setahun terakhir dimana 10 program PKK diaplikasikan di desa dan kecamatan, momen tersebut juga menjadi salah satu tonggak sejarah penting terhadap perlawanan kekerasan dan pelecehan terhadap anak.
“Selain menjadi ajang temu muka, juga menjadi refleksi program kerja selama setahun terakhir dan juga untuk memulai pencanangan gerakan Save The children,” imbuh Retno.
Salah satu alasan mengapa ditampilkan tari sebagai pengisi hiburan acara adalah untuk mengenalkan kembali kekayaan seni budaya Jawa khususnya Wonosobo yang sudah lama menjadi ikon bangkitnya kesenian tradisional yang mana menjadi salah satu agenda dalam program PKK.
Disampaikan oleh Rahmawati Eko S selaku perwakilan DWP Wonosobo penampilan Tari Nusantara Indah yang melambangkan keindahan dari keberagaman nausantara dan juga sebagai apresiasi terhadap kreasi dari para seniman lokal dan juga mengajarkan pentingnya menjaga budaya bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar